Posts

Showing posts from February, 2018

Sebut Namaku Bento

Sebut Namaku Bento ~ Obral soal moral, omong keadilan sarapan pagiku. Aksi tipu-tipu, lobby dan upeti ooo jagonya...~ Berlin, 24/02/18. Sebait lirik lagu itu tanpa sengaja meluncur dari bibirku ketika melihat daftar makanan pada papan menu Asia Buffet resto di kawasan B5 factory outlet luar kota Berlin. Lirik lagu yg dilantunkan oleh group Swami pada tahun 90 an ini sangat fenomenal dan menjadi lagu wajib para aktivis pro demokrasi, mahasiswa pejuang reformasi dan politisi yang mencari panggung citra diri serta warga yg mulai apatis dan frustasi. Nadanya satire, lugas cerdik menyindir. Bergaya tutur self proclaim ala kaum borju menuding diri sendiri tanpa harus meradang temberang kepada pihak lain. Wong yang ditunjuk diriku sendiri kok bukan dirimu. Kalau kamu merasa seperti itu ya jangan salahkan diriku. Aku bangga dengan segala buruk rupa dan lakuku, maka kamu gak perlu malu dan marah karena bukan bercerita tentang dirimu. Bila ternyata kamu sama tengil dan binalnya dengan diriku

Pemilihan Panitia Pemilih Luar Negeri (PPLN)

Image
Pemilihan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Berlin, 23/02/18. Tidak semua diplomat Indonesia yg sedang bertugas di luar negeri mempunyai kesempatan mengikuti proses pemilu secara utuh dimulai sejak masa persiapan, pendataan, pencoblosan hingga penghitungan suara. Hal ini terjadi karena masa tugasnya yg kurang dari masa penyelenggaraan pemilu yakni setiap 5 (lima) tahun sekali. Begitu pula aku. Bila dihitung sejak masa penugasan hingga akhir, maka aku hanya berkesempatan mengikuti proses persiapan dan pendataan saja. Mengingat peristiwa ketatanegaraan yg langka ini, aku cukup antusias saat dilibatkan untuk mempersiapkan proses seleksi Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) sebagai rangkaian awal persiapan pemilu. PPLN dibentuk untuk menyelenggarakan pemilu di luar negeri guna memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada daerah pemilihan DKI Jakarta II meliputi kotamadya Jakarta Pusat dan kotamadya Jakarta Selatan dan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Anggota PPLN

Dejavu

Image
Dejavu Berlin, 22/03/18.Setiap apartment di Jerman di lantai paling bawah terdapat list daftar nama penghuni yang disebut Klingeln. Di sebelah kiri Klingeln ada tombol bulat sebagai bel untuk mengetuk pintu masing-masing kamar penghuni. Jangan sampai salah antara nama teman atau kerabat yg dikunjungi dan tombol yg dipencet loh karena tanpa anda sadari akan ada suara yg tiba-tiba muncul menyapa saat tombol berbunyi. Ya suara dari dalam apartment yang akan menanyakan siapa gerangan tamu yg mengetuk pintu/bel. Kalau penghuni tidak kenal maka pintu utama apartement tidak akan dibuka bahkan bisa bermasalah kalau anda menekan bel yang salah karena dianggap mengganggu penghuni yang lagi istirahat. Tapi terkadang ada yang menarik dari deretan nama penghuni yang membuat aku penasaran dan ingin memencet bel nya. Pengen tahu suara dan bahasa orang yang menjawab diseberang sana. Apakah nyaring, gahar, mendayu, merayu, malu-malu atau bernada curiga. Namun keinginan tersebut urung aku laku

Gen X

Gen X Berikan aku 10 pemuda agar dapat mengguncangkan dunia,  begitu kata bung Karno. Tentu pemuda yg diminta adalah pemuda yg progresif, pemuda yg punya determinasi dan semangat revolusioner yg tinggi utk membangun negerinya. Kalimat bapak bangsa ini selalu terngiang dibenakku tatkala berdiri dihadapan pemuda khususnya student/calon student yg sedang berjuang menuntut ilmu di Jerman. Acapkali mereka yang kujumpai baik yg baru datang maupun yg sedang studi jumlahnya 5,10 bahkan 20 kali lebih banyak dari yg diminta oleh bung Karno. Ya.. merekalah anak generasi milenial yg hidup dijaman globalisasi informasi. Dengan kemudahan jaringan internet bukanlah hal sulit bagi mereka mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Iptek kini tidak lagi milik para birokrat science yg hanya dapat dipelajari di bangku universitas. Dengan demikian kalau hanya sekedar mencari ilmu, rasanya tidak perlulah jauh-jauh anak muda ini datang ke Jerman. Tapi mengenyam pendidikan bukanlah sekedar mencari ilmu. D

Anti Mainstream

Image
Anti Mainstream Budapest, 28/02/18. Di alam globalisasi ini semua produk baik skala kecil, menengah maupun besar dapat dgn mudah dipromosikan dan dipasarkan secara luas. Kondisi ini mau tidak mau memaksa para entrepreneur memutar otak utk memenangkan persaingan yg sangat keras. Keunikan produk menjadi suatu keniscayaan terutama produk kuliner. Apakah unik dalam rasa, tekstur, bentuk dan/atau rupa. Model produk yg bukan biasa atau berbeda secara umum (mainstream) dapat menjadi faktor pembeda (differensiasi) dan secara tidak langsung menjadi sarana ampuh pemasaran walaupun dgn taste yg sama. Produk makanan donat ini sebagai contoh. Kue Donat di alam bawah sadar kita sudah tertanam suatu image adalah kue yg berbentuk bulat dan bolong di tengahnya. Tekstur donat boleh berbeda2. Ada yg polos berwarna coklat muda, ada yg ditaburi tepung gula, coklat atau mesis dll tetapi bentuknya selalu sama yaitu bulat dan berlobang. Klo tidak bulat dan bolong bukan donat namanya walaupun dengan ing