Anti Mainstream

Anti Mainstream
Budapest, 28/02/18. Di alam globalisasi ini semua produk baik skala kecil, menengah maupun besar dapat dgn mudah dipromosikan dan dipasarkan secara luas. Kondisi ini mau tidak mau memaksa para entrepreneur memutar otak utk memenangkan persaingan yg sangat keras. Keunikan produk menjadi suatu keniscayaan terutama produk kuliner. Apakah unik dalam rasa, tekstur, bentuk dan/atau rupa.
Model produk yg bukan biasa atau berbeda secara umum (mainstream) dapat menjadi faktor pembeda (differensiasi) dan secara tidak langsung menjadi sarana ampuh pemasaran walaupun dgn taste yg sama.
Produk makanan donat ini sebagai contoh. Kue Donat di alam bawah sadar kita sudah tertanam suatu image adalah kue yg berbentuk bulat dan bolong di tengahnya. Tekstur donat boleh berbeda2. Ada yg polos berwarna coklat muda, ada yg ditaburi tepung gula, coklat atau mesis dll tetapi bentuknya selalu sama yaitu bulat dan berlobang. Klo tidak bulat dan bolong bukan donat namanya walaupun dengan ingredient yg sama.
Secara tidak sadar, kita sebagai konsumen menjadi konservatif akan image dan bentuk donat dengan penekanan lafal pada huruf vokal "O" saat menyebut d'O'nat bahkan ditambah bumbu huruf U agar lebih internationalize menjadi d'OU'nat dengan sedikit memonyongkan bibir bawah.
Menabrak konservativisme ini merupakan cara yg jitu dan cerdas dgn menciptakan donat unique product yg tidak bulat dan bolong tetapi berbentuk kotak bahkan tidak mesti bolong ditengahnya. Rasa penasaran ketika mendengar ada donat berbentuk lain menjadi daya tarik utk melihat dan mencicipinya.
Antimainstream seperti ini menurut saya dapat menjadi inspirasi bagi produk lokal Indonesia untuk bersaing melawan waralaba internasional.
Sekali-kali bercerita di luar pakem keilmuan dan profesi gak apa-apa ya..tapi bukan antimainstream lohh...
http://catatanhermansyahsiregar.blogspot.com


Comments

Popular posts from this blog

Selayang Pandang Dunia Pendidikan di Jerman

Kompromi dengan Minat Anak

Menggugat (umat) Tuhan