Sebut Namaku Bento

Sebut Namaku Bento

~ Obral soal moral, omong keadilan sarapan pagiku. Aksi tipu-tipu, lobby dan upeti ooo jagonya...~

Berlin, 24/02/18. Sebait lirik lagu itu tanpa sengaja meluncur dari bibirku ketika melihat daftar makanan pada papan menu Asia Buffet resto di kawasan B5 factory outlet luar kota Berlin.

Lirik lagu yg dilantunkan oleh group Swami pada tahun 90 an ini sangat fenomenal dan menjadi lagu wajib para aktivis pro demokrasi, mahasiswa pejuang reformasi dan politisi yang mencari panggung citra diri serta warga yg mulai apatis dan frustasi. Nadanya satire, lugas cerdik menyindir. Bergaya tutur self proclaim ala kaum borju menuding diri sendiri tanpa harus meradang temberang kepada pihak lain.

Wong yang ditunjuk diriku sendiri kok bukan dirimu. Kalau kamu merasa seperti itu ya jangan salahkan diriku. Aku bangga dengan segala buruk rupa dan lakuku, maka kamu gak perlu malu dan marah karena bukan bercerita tentang dirimu. Bila ternyata kamu sama tengil dan binalnya dengan diriku, terserah kamu apakah mau terus seperti diriku atau berubah lebih baik agar tidak seperti diriku.

Alamak... bingung aku bang.
Aku juga bingung seperti kau kawan. Sangat cerdas pengarang lagu ini menciptakan lirik lagu bertema kritik sosial yg sangat tajam dengan genre rock blues yg melodious. Namun pastinya akan terhindar dari delik pencemaran nama baik dan menghina penguasa rejim orba saat itu karena syairnya berpretensi mengolok-olok diri sendiri bukan penguasa.

Ah tak usah terlalu banyak mikirin lirik lagu ini kawan yang penting saat kau berdendang teriaklah  dengan keras dan lantang...asyikkkk. ...sekali lagi...asyiiikkkk. Sang penguasa saat itupun ikut berdendang dan bergoyang. Sebut tiga kali namaku. Bento 3x.

Popularnya lagu Bento tentu melambungkan nama pencipta lagu dan penyanyinya. Aku dulu beranggapan penyanyi dan pencipta lagunya adalah orang yang sama. Tapi ternyata tidak kawan. Penciptanya adalah Nanil Yakin salah satu mantan personil group band Swami.

Bagaimana nasibnya pencipta lagu itu kini? Apakah nasibnya sebaik pelantun lagu atau sebaik lirik lagunya? Punya rumah real estate, mobil banyak dan harta berlimpah? Aku terkejut ketika melihat suatu tayangan berita ternyata kondisinya kontradiksi dan bertolak belakang dengan lagu syahdunya.

Dia kini sedang sakit dan hidup sangat sederhana kawan. Dihari tuanya dia sangat rapuh, lumpuh sakit-sakitan tidak semegah karya ciptanya yg dianugerahi sebagai lagu terbaik sepanjang masa. Royalti hak cipta lagu sedikit sekali diterimanya terlebih telah berakhirnya era kaset pita dan CD serta dijaman digital ini dengan mudahnya setiap orang secara ilegal mendownload lagu.
https://youtu.be/1J0uaX8Ct6Q

Aku juga adalah salah satu dari setiap orang yg suka mendownload lagu. Maafkan daku...🤗 😭😢

http://catatanhermansyahsiregar.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Selayang Pandang Dunia Pendidikan di Jerman

Kompromi dengan Minat Anak

Menggugat (umat) Tuhan