Selamat Tahun Baru Saka 1940

Selamat Tahun Baru Saka 1940

Berlin, 17/03/18. Hari Jumat pagi ini banyak pesan masuk pada beberapa whatsapp group (wag) yg ada di smartphone dan timeline medsosku. Members dan followers pada kompak memberikan ucapan selamat kepada saudara kita umat hindu yg sedang merayakan Tahun Baru Saka 1940, dengan doa dan harapan semoga Hyang Widhi Wasa senantiasa melimpahkan wara nugraha-Nya.  Diakhiri dengan kata penutup, Amiin...dan tak lupa menyisipkan emoji yg memberi kesan penuh kehangatan.

Aku yg terlambat membaca greetings ini karena perbedaan waktu dengan Indonesia,  entah kenapa merasa bercampur aduk melihatnya. Senang sekali dengan sikap sesama anak bangsa yg begitu tulusnya memberikan selamat sebagai wujud toleransi antar umat beragama.

Namun terbersit tanda tanya dalam hati, semua saudara muslim dan nonmuslimku di dalam wag tanpa terkecuali baik yg sangat alim, alim, cukup alim dan kadarkum alimnya alias (kadang sadar kadang kumat) mengucapkan selamat hari raya umat Hindu tsb walaupun dengan cara meng copy and paste pesannya tanpa terkesan adanya suatu keraguan dengan menyebut Tuhan Yang Maha Kuasa umat Hindu.

Aku yang selama ini berpikir mengucapkan selamat kepada orang lain yg sedang berbahagia adalah merupakan suatu ibadah, tanpa menunggu lama juga segera mengcopy paste ucapan selamat tersebut. Pengen rasanya buat ucapan selamat dengan untaian kalimatku sendiri tapi aku gak punya referensi untuk itu.

Selama ini rasanya tidak pernah ada perdebatan bersifat khilafiyah akan ucapan itu sekalipun di wag keagamaan. Bahkan rasanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) belum/tidak pernah membuat fatwa atau anjuran sebagai konsekuensi pemberian ucapan selamat merayakan peringatan hari keagamaan umat Hindu tsb yg dikhawatirkan akan menggerus nilai keimanan  seorang mukmin.

Akupun tanpa sadar berdoa dalam hati, semoga anak bangsa juga akan bisa untuk saling memberikan ucapan selamat merayakan hari keagamaan bagi berbagai umat agama lainnya secara tulus. Bagiku sebagai seorang muslim ini merupakan wujud pengejawantahan relasi sosial antar sesama (hablumminannas). Aku bukanlah seorang kyai atau ustadz tapi rasanya cukup mengerti akan makna Lakum Dinukum Waliadin (bagiku agamaku dan bagimu agamamu). Insha Allah.😇

http://catatanhermansyahsiregar.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Selayang Pandang Dunia Pendidikan di Jerman

Kompromi dengan Minat Anak

Menggugat (umat) Tuhan