Nusantara Berserial
14/10/2017
Nusantara Berserial
(Halle 14/10). Tak sengaja aku mendengar cuplikan lagu jadoel berjudul Nusantara yg dahulu dipopulerkan penyanyi senior Jamal Mirdad di time line link tayangan video FB. Aku tersontak dan tak sadar melompat dari kursi malasku mendengar potongan lagu dan untaian bait2 liriknya.
Wuah dahsyat banget nih lagu seolah melemparkanku ke masa kecil dulu yg masih gunakan kaset berpita gulungan. Yang kalau pitanya tersangkut maka putaran kaset akan ngadat dan berpilin kusut. Suara kasetpun seperti suara mak lampir yg meracau gak karuan. Sehingga muncul istilah saat itu kalau ada suatu keadaan yg runyam disebut kayak kaset kusut.
Karena hanya potongan lagu yg tidak utuh, aku penasaran mencarinya di youtube dengan mengetikkan kata Jamal Mirdad aja karena lupa judul lagunya. Ternyata ada judul lagu berserial Nusantara I, II, III dan IV yg dinyanyikan doi. Aku coba putar yg ke empat ternyata beda dgn yg ku dengarkan tadi lalu coba putar yg kesatu persis sama.
Mengapa aku tertarik mencari dan memutar lagu ini ? Karena tidak menyangka lirik lagunya sangat nasionalistik dan menggambarkan suasana keindonesiaan saat itu yg dengan tepat dirangkai dlm syair oleh pencipta lagunya. Memang ada potongan lirik yg agak berlebihan tapi aku menilainya lebih kepada suatu pengharapan dan optimisme kenusantaraan dimasa yg akan datang.
Dan yg mengagumkan krn popularnya lagu Nusantara I maka dibuatlah serialnya dan menjadi seperti simbol judul lagu yg wajib termuat setiap album Jamal Mirdad dgn syair yg berbeda" menggambarkan kekaguman dan pesan pencipta lagu akan indah dan harmoni nya Nusantara
Penyanyi dan produser lagu sptnya tunduk akan keinginan pasar dan tdk mau bertaruh atas penjualan albumnya bila tdk menciptakan lagu serial Nusantara. Rasanya absurd dan anomali ketika industri musik harus berkompromi dgn lagu bercita rasa nasionalistik yg umumnya monoton dan tdk komersial.
Tapi itulah keunikan lagu Nusantara yg berpadu dgn selera musik masyarakat jaman itu yg bangga akan kenusantaraannya. Perpaduan ini mampu menundukkan kesombongan industri musik yg sangat ngepop centris dan rada alergi dgn rentak musik yg mengusung semangat nasionalisme krn dipandang tdk ekonomis.
1/4 abad lebih waktu berlalu. Popularitas lagu inipun meredup dan bang Jamal memasuki masa senja. Timbul pertanyaan dalam hatiku apakah syair lagu tsb masih relevan saat ini. Apakah syair itu dapat diterjemahkan dgn kondisi kenusantaraan saat ini.
Aku terhenyak lalu termenung, mencoba memutar kembali lagunya mencermati secara seksama lirik dan syairnya. Entah kenapa hatiku menciut, jantungku bergemuruh dan napasku seperti tercekat, mata jantanku gak kuasa mengeluarkan air dan tergenang dipelupuknya, maskulinitasku terganggu karena tergoyah dalam buncahan kepedihan.
Aku berkompromi dgn diriku sendiri. Mudah2an penilaianku salah dan keliru dgn keadaan Nusantara yg ada saat ini. Disana ada harapan yg tak kunjung datang dan kepedihan yg tak berkesudahan. Tapi hidup harus terus berjalan. Bukankah 72 tahun sebagai pembuktian kita masih mampu bertahan hidup bersama dgn segala kelebihan dan kekurangan.
Jangan bandingkan lagu Nusantara berserial dengan demo berserial di kota Jakarta akhir" ini karena beda dimensi kecintaan dan pesan yg diusung. Lagu Nusantara mencoba menerima negerinya apa adanya dan menyampaikan hasrat hati dgn manis budi bahasa dan lemah lembut perangainya.
Mudah2an Nusantaraku yg walau kadang bergundah seperti suasana hati bang Jamal yg sdg berjuang memulihkan kisruh kisah rumah tangganya dgn kak Lydia tapi tetap optimis menatap hari depan yg cerah.
Dan kalian yg mendengar lagu dan membaca syairnya juga mudah2an setuju bahwa mmg begitulah Nusantaraku adanya dan aku akan terus mencintaimu apa adanya.
--------
Nusantara I by Jamal Mirdad
Tiada lagi negeri seindah persada Nusantara
Hutan rimba menghijau tempat bersemayam burung margasatwa
Gunung api yang tinggi megah menambah semarak persadaku
Lembah ngarai dan sungi sungai mengukir keindahan abadi
Tanah pusaka aku pun dilahirkan disana
Penduduknya gagah tampan cantik molek tiada bandingnya
Terkenal manis budi bahasanya lemah lembut perangainya
Mereka saling menghomati saling menghargai hak asasi
Mereka bernaung di bawah pusaka Garuda Pancasila
Dan Sang Saka Merah Putih Lambang Indonesia
Jagalah kelestarian sejarah budaya
Semua rahmat Tuhan yang maha esa
Mari bersama sama menjaga lingkungan hidup ini
Hutan dan rimba burung margasatwa sebagainya
Penduduknya gagah tampan cantik molek tiada bandingnya
Terkenal manis budi bahasanya lemah lembut perangainya
Mereka saling menghomati saling menghargai hak asasi
Mereka bernaung di bawah pusaka Garuda Pancasila
Dan Sang Saka Merah Putih Lambang Indonesia
Jagalah kelestarian sejarah budaya
Semua rahmat tuhan yang maha esa
Mari bersama sama menjaga lingkungan hidup ini
Hutan dan rimba burung margasatwa sebagainya
Comments
Post a Comment