Restoran Nusantara: Perjalanan Cinta antara Tegal dan Tegel
21/04/2017
Restoran Nusantara: Perjalanan Cinta antara Tegal dan Tegel
(story of my life staying abroad)
Berlin (21/04) Kali ini guys sy mau cerita restoran Indonesia di Berlin. Sebelum nulis minta ijin dahulu sama pemiliknya mbak Vina tetapi beliau bilang, "ngapain sih pak..ini resto biasa, resto rumah tangga..malu sy". Sangat humble jawabannya.
Sy coba yakinkan, "gpp mbak, sy pengen cerita dari sisi humanisnya. Behind the story and fighting to survive in Berlin..termasuk kisah cintanya klo bisa", rayuku. Mungkin kalian dalam hati bertanya, kenapa harus resto Nusantara ?
Well,,, faktanya resto Nusantara sudah punya positioning dibenak masyarakat Indonesia di Berlin...tamu Indonesia walaupun sdh terisi penuh perutnya dengan makanan Eropa tp klo gak ketemu nasi merasa gak nendang, resah and gelisah katanya...nasi kok bisa nendang sihh...aya aya waeee.
Bila tamunya udah keringat dingin dan lemas maka segera larikanlah mereka ke resto Nusantara. Kalau sdh kenal dan punya no hp mbak Vina, bisa langsung order makanan dan reservasi meja sebanyak jumlah tamu yg dibawa agar ketika sampai bisa langsung masuk ruang gawat darurat untuk diinfus dan dilakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)… Ini mau ngomongin rumah makan atau rumah sakit sihhh..he..he..
Pernah suatu ketika, sy ditugaskan menjamu tamu penting. Sebagai tuan rumah yg baik kami menyusun rangkaian rundown acara yang rapi dan tempat makan yg berkelas ala Eropa, Turki, Lebanon, Thailand... tp akhirnya jadwal makannya buyar krn pd awal acara terlanjur sdh mencicipi menu resto Nusantara. Setelah itu tamu pun tidak mau pindah ke lain hati.
Lain kali jadwal makan di Resto Nusantara ditaruh di agenda akhir aja. Klo seperti itu susunannya saya pastikan mbak Vina tentu tidak akan setuju.
Kata orang lidah tidak bisa bohong. Ia memang benar bila lidah mencicipi suatu rasa. Tapi klo janji, maka lidah mengucap tak terbatas kata2 (kayak lagu Bob Tutupoly ). Tipikal lidah orang melayu umumnya suka cita rasa pedas, kaya bumbu, ramuannya beraneka dan suasananya harus relaks.
Lebih nikmat lagi klo dpt mengangkat satu kaki di kursi tp harus ada NASI..sekali lagi hrs ada nasi...kmdn diawali sapaan yg hangat kekeluargaan...hallo pak bu, om tante, mas, mbak...lama gak keliatan nihhh. Kemana aja? Sendiri aja..temannya yg kmrn mana. Agak kurusan sekarang? Wawancara khas orang Indonesia….perlu gak perlu untuk dijawab dan selanjutnya pertanyaan penutup: mau makan apa?
Kombinasi Hidangan
Ada 2 cara menghidangkan makanan bagi para tamu di Resto Nusantara. Bagi tamu yang sdh lapar berat tersedia hidangan siap saji, cukup menunjuk menu atau nomor menu yg tersedia.. lauk no sekian, plus campur lauk lain no sekian, sayur no sekian, ditambah ini dan itu. Dicatat dan langsung siap hidang.
Makanan cepat saji (fast food) ala Amerika kalah cepat dengan fast food ala Tegal ini. Kalau masih bisa nahan lapar n gak buru"..silakan cari meja dan duduk manis terlebih dahulu maka akan datang pemudi atau pemuda yg manis dan ganteng memberikan daftar menu. Silakan pilih and order. Pemuda atau pemudi...?? Maksudnya..??
Ya..anda akan selalu disamperin oleh waiter pemuda atau waitress pemudi dan setiap kali datang orangnya bisa beda". Mereka adalah adik" mahasiswa Indonesia yg sedang kuliah di Jerman dan nyambi bekerja di resto Nusantara. Disamping bisnis kuliner, resto Nusantara juga memberikan kesempatan adik-adik mahasiswa Indonesia untuk bekerja paruh waktu buat nambah uang jajan atau biaya hidup mereka.
Di negara Jerman, student berkebangsaan asing (auslander) dapat bekerja paruh waktu (half time) atau penuh (full time) namun dibatasi lamanya dalam setahun. Sebagai negara federal, setiap pemerintah Negara Bagian dapat membuat aturan keimigrasian tersendiri terkait dengan izin tinggal (Aufenthalterlaubnis) bagi orang asing namun secara umum aturannya hampir sama.
Setelah dikonversinya Visa Student menjadi Izin Tinggal Student, biasanya Auslandebehörde (jawatan imigrasi setempat) akan menerakan di halaman paspor selain Izin Tinggal Student juga lembar keterangan yang menjelaskan lama waktu bekerja yg diijinkan dlm masa setahun pada waktu libur kuliah. Umumnya diberikan ijin kerja selama 120 hari penuh waktu atau 240 hari paruh waktu.
Kembali ke laptop, membuat 2 model penyajian hidangan ini merupakan suatu langkah yg sangat cerdas menurut sy khususnya sebuah restoran Indonesia di Eropa. Kenapa..karena akan dapat memenuhi bbrp cara dan manner berbagai tamu dalam menikmati suatu menu hidangan makanan.
Selama satu tahun belakangan ini kami secara diam2 melakukan survey yang patut tidak dipercaya dan ternyata cara dan gayanya tamu menikmati suatu hidangan di resto Nusantara punya korelasi dengan selera musik mereka. Mari kita simak hasil survey tsb sebagai berikut:
1. Penggemar Musik Dangdut
Ciri khas penggemar musik asli Indonesia ini adalah saat datang ke restoran, orangnya sangat ramah dan bersahabat. Suka menyapa terlebih dahulu...apa kabar semuaaaa...baik??? Kemudian menunjuk menu makanan siap saji di etalase.
Menu kesukaannya sangat khas. Sambel ekstra pedas dan porsi nasinya cukup banyak. Makanan yg sdh siap hidang, tidak perlu disajikan di meja makan, tamu ini sendiri yang akan membawa makanannya ke meja makan.
Sebelum makan dia akan menyapa dan menyalami tamu2 yang lain di sekitar meja makannya. Klo pengen nambah, piringnya gak perlu ganti dan tamu tsb datang kembali ke etalase untuk meminta isi ulang (pulsa kale), seperti keluarga sendiri. Senangnya bergerak maju mundur..etalase ke meja makan, balik ke etalase kemudian kembali ke meja makan.
2. Penggemar Musik Pop
Tamu restoran penggemar musik pop biasanya sikapnya cenderung menunggu respon pasar eh pelayan restoran. klo pelayannya ramah maka tamu tipe inipun akan ramah begitu pula sebaliknya. Selera makannya perpaduan menu khas Indonesia dan barat. Sambalnya tdk terlalu pedas namun porsi nasinya sama dengan pesuka musik dangdut.
Sesudah disapa pelayan, selanjutnya ada 2 variasi tamu tipe ini. Penggemar musik pop rock, langsung pilih dan tunjuk menu dietalase kmdn duduk di meja makan sedangkan tamu yg langsung duduk di meja dan membaca daftar menu terlebih dahulu adalah penggemar musik pop kreatif.
Walaupun suka memadukan menu makakan timur dan barat (sesudah makan nasi makan kue bolu) namun minumannya tetap sama teh botol S*sro atau es cendol.
3. Penggemar Musik Rock
Sesuai dgn irama musiknya yg keras spt cadas dan anti kemapanan namun pembawaan tamu tipe ini sangat egaliter. Dia gak peduli akan disapa atau diacuhkan pelayan saat datang. Tidak esensial menurut mereka.
Tamu rock ini akan langsung menuju etalase dan menunjuk menu kesukaannya dengan 3 jari tangan (jempol, telunjuk dan kelingking). Tidak cukup dengan sambal yg pedas tp juga hrs banyak yang bisa bikin mata dan pipinya memerah.
Setelah disajikan, makanan dibawanya sendiri ke meja makan dan tanpa basa basi langsung sikaaaaattt...!!! Minumannya khusus minuman utk orang pemberani. Klo penyuka musik rock orang Indonesia, minumannya wedang jahe panas plus madu. Klo orang Jerman mungkin minumannya beer campur es tetapi Resto Nusantara tidak menyediakan minuman keras.
4. Penggemar Musik Klasik
Datang dgn dandanan rapi jali dgn senyum tipis seraya menganggukkan kepala. Bertanya dengan elegan kpd pelayan apakah ada meja yg msh available. Setelah duduk meminta daftar menu dan membuka serta membacanya scr perlahan satu persatu dari halaman depan hingga belakang seperti membaca partitur.
Memilih menu hanya yg spesial dgn porsi yg secukupnya sesuai kebutuhan kalori sehari2. Setelah makanan terhidang, harus disiapkan juga celemek. Setelah celemek terpasang selanjutnya memegang cutlery dengan komposisi sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri.
Tidak boleh terbalik sesuai pakem etiket table manner. Sendok yg berisikan makananlah yg mencari mulut bukan sebaliknya mulut yg mencari sendok. Tipe spt ini kebanyakan orang bule atau orang Indonesia yang pengen spt orang bule tp lidahnya tidak bisa bohong msh berselera melayu..
5. Penggemar Musik Jazz
Pakaiannya juga rapi jali walau tdk serapi penyuka musik klasik. Cara masuk restoran dan memesan makanan tidak ajeg, bisa berbeda2 setiap kali datang sesuai mood. Kadang langsung ke etalase dan memilih menu siap saji atau ke meja makan terlebih dahulu kmdn meminta daftar menu.
Cara membaca daftar menu tidak mesti dari halaman satu hingga halaman akhir tapi bisa dimulai dari halaman tengah kemudian ke halaman depan dan lompat ke halaman belakang. Main course rutinnya gado2 dan minumannya soda gembira dicampur fanta…si.
Penggemar musik jazz ini tidak suka rasa pedas dan rasanya rada flat seperti lagu yang reffrainnya yang hampir sama dengan verse. Tamu tipe ini cukup lama waktu makannya karena dibarengi dengan improvisasi ngobrol ngalor ngidul dengan koleganya dan akhirnya kembali ke laptop.
Warteg Go International
Kejelian mbak Vina melihat pangsa pasar dgn tamu yg beraneka selera tsb tidak terlepas dari pengaruh daerah asalnya yaitu Kota Tegal. Lahir dan besar di Tegal membentuk kepribadian mbak Vina yg ramah, egaliter, praktis dan sederhana.
Terlihat dari ketersediaan etalase menu hidangan yang merupakan ciri khas warung tegal (warteg) menyambut kedatangan tamunya yg kebanyakan orang Indonesia dari berbagai daerah nusantara.
Warung Tegal yg selama ini terkesan mengusung otentitas rasa dan selera serta keguyupan hangat khas mataraman, ditangan mbak Vina bermetamorfosis menjadi warung yg mewadahi berbagai kuliner nusantara dgn mempertahankan gaya sajian berciri khas ke-Tegal-annya.
Menyadari tinggal dan hidup di negara lain (Jerman), metamorphosis wartegnyapun terus berlanjut menembus tapal batas kulinerisasi berdimensi global. Guna mendukung upaya internasionalisasi kuliner nusantara di resto Nusantara tersebut maka mbak Vina berbagi peran dengan suaminya tercinta yang bernama Bram Fernardin.
Mas Bram, panggilannya, yg sdh internationalize pernah melalang buana ke berbagai negara. Mas Bram tidak hanya sebagai nakhoda bagi keluarga kecilnya tetapi juga sbg kapten kapal Phinisi nusantara dlm mengarungi persaingan bisnis kuliner di negara asing Jerman tepatnya di kota Berlin. Tidak hanya mencari keuntungan semata tapi juga mengemban misi memperkenalkan kuliner Indonesia di manca negara.
Strategi mas Bram dalam mengenalkan kuliner Indonesia di Eropa adalah tidak harus berkompromi dan menyesuaikan dgn selera orang eropa tetapi tetap mempertahankan recipe yang diwariskan turun temurun. Orisinalitas rasa hrs tetap terjaga krn rasa yang khas itulah sebagai differensiasi dgn kuliner Asia lainnya di Jerman spt resto Vietnam, China dan Thailand.
Keaslian rasa itulah yg mampu menancap di dalam alam bawah sadar orang asing2 dan akan kembali memanggilnya utk kembali. Internasionalisasi kuliner nusantara lebih kepada bagaimana mengemas tampilan dan sajiannya yg lebih menarik dan memastikan higienitas masakannya sangat terjamin.
Apakah upaya ini berhasil? Saat makan siang kemarin aku sengaja duduk di sudut pojok ruangan agar bisa melihat suasana di ruang makan bagian depan scr penuh (overview) dan terlihat 6 meja dari 8 meja makan yg tersedia sedang diduduki oleh orang Jerman atau orang bule dan 2 meja yang tersisa diokupasi oleh saya dan teman2.
Aku pun meminta rekanku Susanne Sutanto utk mengabadikannya dgn kamera ponsel...dengan alasan agar terhindar dari resiko komplain tamu bule karena memfoto diri mereka tanpa ijin dan mengganggu privacy. Susanne yg setengah bule dan seorang wanita mudah2an tidak membuat tamu merasa terusik. Harus maklum privacy diri sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat di negara maju...😀
Behind Story
"Bagaimana sejarah berdirinya restoran Nusantara mbak Vina?” tanyaku menyelidiki. “Jadi begini pak. Pada suatu hari….jreng..jreng… (biar lebih dramatis-pen) setelah perenungan yang dalam dan memanjatkan doa, untuk mengisi kekosongan waktu, mulai tahun 2000 aku mencoba memberanikan diri buka katering kecil2an di Berlin.
"Alhamdullillah ternyata banyak yang cocok dengan masakanku dan informasinya mulai menyebar dari mulut ke mulut. Akhirnya aku dan suamiku mencoba memberanikan diri utk membuka restauran. Alhamdulillah keinginanku didengar sama Allah. Bulan September 2011, restauran Nusantara mulai dibuka dan diresmikan oleh Duta Besar RI pada saat itu bapak Eddy Pratomo.”
“Alhamdulillah dengan perjuangan yang luar biasa dan dengan tantangan, cobaan dan liku-liku serta kesabaran, Restauran Nusantara sampai saat ini masih bisa berdiri. Itu semua karena Allah. Allah terus memberikan rejeki .....untuk restauran kita alhamdulillah. Kalau berkehendak lain ...juga alhamdulillah, mungkin bukan rejeki ku."
"Prinsip dalam hidupku. Mensyukuri apa yang kita dapat. Nikmati apa yang kita dapat. Berikhlas apa yang kita dapat , bersabar apa yang kita dapat. Karena itu semua karena Allah Yang Maha Kuasa."
"Dia yang memberikan kenikmatan di dunia ini. Aku hanya bisa menjaga dan mensyukurinya alhamdulillah. Dan memberikan kenikmatan itu juga buat orang lain terutama karyawan2ku di Nusantara. Tanpa mereka tidak akan seperti ini. Dan tentunya dukungan dan doa dari suami tercinta. Semua alhamdulillah.“
Aku tercenung dan terharu membaca rangkaian tulisan yang dituturkan mbak Vina melalui whatsapp kepadaku. Dalam hatiku, untung wawancaranya virtual sehingga mbak Vina tidak melihat air yang menggenang dimataku dan pastinya suaraku akan tercekat jika berbicara langsung.
Aku memang sengaja mewawancarai mbak Vina melalui whatsapp mengingat kesibukannya memasak dan melayani para tamu di restoran. Agar tidak terganggu, aku yakinkan kepadanya menjawabnya di waktu senggang aja.
Kemudian aku melanjutkan pertanyaan, "Bagaimana sejarahnya hingga mbak Vina bisa sampai di Berlin?“ Saya bayangkan mbak Vina sedang menerawang dan berkata dengan logat Tegalnya yang kental, "Itu loh pak, sejarahnya mas Bram diangkat jadi pelatih bulutangkis di Jerman dari pelatnas."
"Awalnya mas Bram pengen tinggal di Holland namun tidak diperkenankan sama opanya dan akhirnya pulang ke Indonesia. Kemudian tantenya mau menolongnya hingga bisa tinggal di Jerman. Mas Bram mudanya pemain bulutangkis nasional seangkatan Alan Budikusuma, Susi Susanti, Joko Suprianto dan Fung Permadi.”
"Saya pertama kali bertemu mas Bram itu, waktu dia pulang dari Jerman dan datang ke Tegal. Kebetulan ditempatku bekerja ada saudaranya di bagian akuntansi. Pada saat mas Bram berkunjung ke tempat kerja saudaranya, aku diperkenalkan...ini loh ponakanku yang baru pulang dari Jerman.“
"Saat itu selain kuliah di Jurusan Perikanan Universitas Pancasakti Tegal, aku juga bekerja sebagai penyiar radio di stasiun radio Citra Angkasa. Pagi hingga siang hari bekerja dan sore kuliah. Vina itu sendiri bukan nama sebenarnya tapi namaku di udara." (cari sendiri ya nama aslinya mbak Vina – pen).
"Pertemuan pertama biasa biasa aja sih…mungkin sudah berjodoh kali ya. Dengan penuh liku dan drama akhirnya kami hidup dalam ikatan yang sah sebagai suami istri. Pada bulan Februari 1997, akupun menginjakkan kaki pertama kali di bandara Tegel Berlin dan mulai menjalani hidup bersama suami di Jerman dan kini telah dikaruniai 2 orang anak."
Aku sudahi wawancara ini dengan mbak Vina, semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membacanya. Jangan takut untuk memulai kawan, Insha Allah dengan doa, kerja keras dan cinta semua akan indah pada waktunya. Happy long week end...cussss
Comments
Post a Comment