Risma, Bukan Sekedar Giman
10/04/2017
Risma, Bukan Sekedar Giman
(story of my life staying abroad)
Berlin (9/4). Pulang dari kota Halle dan tiba di Berlin sekitar pukul 19.00 cet, kami menghadiri jamuan malam malam KBRI dengan walikota Surabaya ibu Tri Rismaharini. Acara ini sudah dijadwalkan beberapa hari sebelumnya. Tentu kesempatan utk bertemu dgn walikota yg fenomenal ini tidak akan sy skipped walaupun acara di Halle berakhir pkl 17.30 cet.
Dengan sedikit memaksa pak Syarif yg mengendarai kendaraan utk ngebut dijalanan (padahal disepanjang jalan tol cukup banyak kamera pengintai kecepatan laju kendaraan) alhamdulillah pk 19.10 cet sampai juga ditujuan, restoran Turki yg terkenal di Berlin.
Btw, wlpn ada 'kamera pengintai', pak Syarif cukup lihai menghindar dari jepretan sang mat kodak jalanan. Tips nya menghapal letak kamera yg ditempatkan di jalan tol. Bila saat mendekati kamera namun tidak sempat mengurangi kecepatan kendaraan, segeralah berlindung dibalik kendaraan yg ada di depan (tahukan orang Indo banyak akalnya he..he..). Tapi pernah juga sih dapat surat cinta dari polizei (polisi) telah melanggar kecepatan yg ditentukan (Bußgeld). Denda pun menanti...poor pak Syarif .
Ternyata di lantai atas restoran sudah tiba ibu Risma bersama rombongan. Dengan sedikit rasa malu krn terlambat 10 menit, sy menghampiri dan menyalami bu Risma sembari memperkenalkan diri. "Maaf ya bu sy terlambat abis dari luar kota", ujarku.
Duh, suatu kehormatan bisa bertemu dan duduk satu meja and makan malam dengan ibu Risma. Dalam hatiku, aku harus memanfaatkan kesempatan ini bertanya dan mendengar berbagai pandangannya terutama pembangunan kota Surabaya dan masalah perkotaan umumnya. Sy masih sedikit penasaran apa aja sih capaian beliau sehingga menjadi buah bibir masyarakat. Seorang walikota yg suka marah" yg terekam di medsos saat beliau blusukan tetapi kok dicintai warganya ya.
Pada tahun 2011, saat sy bertugas di kota Madiun, sering berkunjung ke kota Surabaya menghadiri rapat koordinasi di kantor wilayah. Informasi yang sy terima, Walikota Surabaya ini suka sekali membuat taman atau gila taman (giman) terlebih beliau adalah mantan Kepala Dinas Pertamanan Pemkot Surabaya. Cukup menarik sihh...melihat kenyataan sangat gersang, pengap serta panasnya kota Surabaya dan berbagai kota lainnya di Indonesia. Kehadiran seorang walikota yang peduli membangun banyak taman memberikan kenyamanan bagi warganya dan menginspirasi kota lain untuk membuat hal serupa.
Denyut perkembangan pembangunan taman dan trotoar yang rapi cukup terasa pada saat itu. Tapi dibalik kekaguman masih menggelayut tanda tanya, apakah membangun taman dan trotoar merupakan prestasi yg luar biasa? Bukankah itu merupakan tugas seorang walikota. Seandainya sy sebagai walikota (mimpi nihh yee), rasanya sih gak susah" amat lah membangun taman dan trotoar. Sy yakin warga juga pasti mendukung program pembangunan tersebut. Nahh..saatnya nihh sy akan tanya lebih jauh inovasi apa lagi yg
sudah beliau lakukan hingga datang jauh" ke Berlin.
Ternyata pembicaraan 10 menit pertama dan sedang berlangsung membicarakan kunjungan ibu Risma ke Berlin. Beliau baru menerima penghargaan "THE GLOBAL AWARD FOR QUALITY AND COMMERCIAL PRESTIGE".
Waw..kaget bukan kepalang. Yg memberikan penghargaan bukan negara Jerman akan tetapi Unieropa dan ada kata Prestige di sana.
Saat berdiskusi, Risma spt air yg mengalir tidak kehabisan bahan menceritakan capaian kinerjanya dan menjawab pertanyaan kolega yg hadir. Sy berpikir, klo cerita capaian kinerja sendiri cukup mudah memaparkannya. Sy hrs coba nih berikan pertanyaan yg berbeda untuk menggali pemikiran bu Risma (gayane...😁). Pertanyaan yg diajukan bukan seputar Surabaya tapi coba mengintrodusir suatu cerita keseharian yg kami hadapi selama tinggal di Jerman dan meminta respon ibu Risma. Dan ini bbrp diantaranya...
Sekolah Anak
Sekolah Anak
Bu Risma, saat sy bawa anak pindah tugas ke Jerman, sy menduga pasti nanti anak" pd stress nihh terutama si bungsu yg duduk di kelas 5 SD. Dia gak begitu lancar berbahasa english dan tidak bisa sama sekali ngomong Deutsch (bahasa Jerman). Fakta selama ini di Indonesia, tiap kali mau pergi sekolah anakku suka berwajah murung dgn membawa tas yg beratnya naudzubillah utk ukuran anak kecil.
Pulang dari sekolah hrs ikut les ini itu agar tdk ketinggalan pelajaran sekolah. Sekarang hrs masuk ke dalam rimba raya baru yg dia buta bahasanya (pake bahasa Tarzan klo kepepet). Tapi amazing, ternyata dia fine" aja malah lebih ceria dan selalu semangat kalau berangkat ke sekolah. Suasana sekolah sangat nyaman dan materi ajarnya juga gak banyak dan berat. Ringan" aja dan malah sering libur dan jalan"...Apakah ibu sebagai Walikota bisa merubah kurikulum lokal spt sekolah di Jerman ?
Pulang dari sekolah hrs ikut les ini itu agar tdk ketinggalan pelajaran sekolah. Sekarang hrs masuk ke dalam rimba raya baru yg dia buta bahasanya (pake bahasa Tarzan klo kepepet). Tapi amazing, ternyata dia fine" aja malah lebih ceria dan selalu semangat kalau berangkat ke sekolah. Suasana sekolah sangat nyaman dan materi ajarnya juga gak banyak dan berat. Ringan" aja dan malah sering libur dan jalan"...Apakah ibu sebagai Walikota bisa merubah kurikulum lokal spt sekolah di Jerman ?
Jawaban ibu Risma; ya mmg ini menjadi permasalahan umum di dalam dunia pendidikan kita. Kurikulum nasional tidak bisa diubah oleh daerah namun Pemerintah Daerah bisa memasukkan materi ajar muatan lokal dan ekstrakulikuler yg menarik minat murid dan menyiapkan sarana dan prasarana sekolah yg lebih memadai.
Untuk meningkatkan kompetensi guru selain memberikan beasiswa tugas belajar, Walikota juga memberikan kesempatan kepada guru" berkunjung ke berbagai sekolah di luar negeri agar lebih luas wawasannya. Seeing is believing (gumamku)..dan tentunya menambah penghasilan guru dengan tunjangan kinerja yg berkecukupan.
Setiap sekolah disediakan banyak laboratorium. Idealnya satu sekolah harus ada 6 laboratorium. Lab bahasa, lab kimia, lab fisika, lab biologi dll..dan ini sudah dan sdg Pemkot Surabaya lakukan. Sediakan lapangan dan sarana olah raga yg cukup. Program Pemkot setiap tahun hrs membangun minimal 6 lapangan olah raga di setiap kecamatan. Lapangan sepak bola, lap basket, lap futsal, lap bulutangkis dll. Muatan lokal hrs mengadopsi nilai" luhur kearifan lokal dan anak didik diajak melakukan kegiatan sosial spt gotong royong, bersih" sekolah dan permainan anak" jadoel tp kreatif.
Bahkan pernah dlm suatu waktu sy merubuhkan SD Inpres yg sdh reot dan membangun kembali menjd bangunan bertingkat 3 lantai. Lalu sy minta kepada murid sekolahnya menentukan sendiri warna bangunan. Ayo, kalian mau pakai warna apa nih sekolah barumu. Guru" pd bingung kok warna sekolah ditentukan oleh murid bukannya kepala sekolah atau kepala dinas. Bu Risma blg, "sekolah adalah rumah kedua anak. Biarkan mereka menentukan warna dan suasana sekolah yg diinginkannya agar sekolah menjadi lebih hommy". Waw..aneh juga ya..tapi cukup menarik dan rasional alasan beliau.
Banyak lagi yg dijelaskan terkait terobosan ibu Walikota utk membenahi dunia pendidikan. Silakan googling aja ya...he..he..
Panic Button
Selama tinggal di Jerman, sy bilang gak pernah lihat ada pos polisi. Tp kalau ada peristiwa kriminal, kecelakaan, kebakaran dll petugas keamanan, paramedis, pemadam kebakaran sangat cepat datangnya bu. Kantor" pemerintahan disediakan panic button yg setiap saat dapat ditekan dan meluncur segera bbrp jenis pasukan (polisi, ambulance bahkan pemadam kebakaran). Negara langsung hadir bu...kita gak boleh sembarangan pencet panic button. Bisa kena denda yg sangat besar. Apa tanggapan bu Risma ?
Kami di Surabaya sdh membuat layanan bantuan emergency yg dlm hitungan 7 menit harus bergerak. Warga cukup menekan angka no telp..kalau tidak salah no 112 dan tim langsung meluncur ke lokasi. Apapun permasalahan warga harus bisa direspon oleh tim gerak cepat ini. Bahkan ibu hamil yg mau melahirkan dpt segera dievakuasi oleh tim. Memang sih masih ada warga yg iseng menekan nomor tsb dan ternyata tidak terjadi peristiwa darurat namun kita belum kenakan denda karena masih dalam masa pengenalan dan butuh waktu proses mendidik warga.
Adapun pos polisi sepertinya masih dibutuhkan ya untuk masyarakat. Pelaku atau calon pelaku kejahatan rada takut melakukan aksi kejahatan kalau disekitarnya ada pos polisi. Warga takut melanggar hukum kalau ada aparat yg bertugas di suatu lokasi. Bahkan kami menempatkan dlm pos keamanan unsur kepolisian, satpol PP bahkan garnisun. Kebijakan ini dilakukan utk menjaga keamanan kota Surabaya selalu tetap aman dan kondusif.
Mendengar jawaban bu Risma yg brillian dan diluar prediksi membuat sy terpana. Ada bbrp kebijakan beliau yg tdk kalah dgn negara maju. Tapi beliau juga paham bahwa tdk semua hal yg baik di negara maju dapat diterapkan di negara kita. Dibutuhkan kepekaan melihat sikon dan menyesuaikannya dgn budaya lokal. Hmmm...suatu pelajaran yg berharga yg bisa sy petik dari beliau.
Banyak lagi topik yg kami diskusikan tp nanti akan semakin panjang tulisan ini dan butuh waktu lama utk menulisnya....he..he..
Menutup pembicaraan Walikota Surabaya bilang, apapun pertanyaan terkait pembangunan dan permasalahan perkotaan sy bisa menjawabnya. (dalam hati sy, pede banget ibu Walikota ini)...kenapa?? Rahasianya,,, semenjak kerja di pemerintahan, Risma muda suka dan selalu ditugaskan mengikuti pelatihan, training, diklat dll untuk menambah kapasitas diri. Kerap kali atasan atau temannya menolak dan sebagai gantinya Risma yg ditugaskan. Di rumah sdh terkumpul banyak sertifikat setebal ini (sambil mengangkat dan merentangkan kedua tangannya sekitar 30 cm). Sy suka mendengar dari orang yg lain yg lebih expert. Penting sebagai suatu pembelajaran dan bekal yg berharga dikemudian hari. Akhir kata penutup beliau.
Menyimak yg disampaikan bu Risma seolah" menjewer telinga sy..hmmm dulu dan sampai skrg malah, kalau ada penugasan pelatihan rasanya kok agak berat hati ya. Padahal manfaatnya sangat baik bagi kita.
Makan malam berakhir dan sbg kenang"an sy minta foto berduaan dgn ibu Risma. Sy berdoa semoga ibu sehat selalu dan akan lahir Risma" baru sbg kepala daerah yg penuh inovasi dan dedikasi. Insha Allah negara kita akan cepat maju, makmur dan berkeadilan.
Dan kesimpulannya, Risma tdk hanya walikota giman tetapi ginov (gila inovasi).
Comments
Post a Comment